R. Moch Machin
Raden Mas Mochammad Machin | |
---|---|
Bupati Kediri ke-14 | |
Masa jabatan 1948–1960 | |
Presiden | Ir Soekarno |
Gubernur | Murdjani Raden Samadikoen Raden Tumenggung Aria Milono Soewondo Ranoewidjojo |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1911 Kota Kediri, Jawa Timur, Hindia Belanda |
Meninggal | 1964 (umur 53) Kota Kediri, Jawa Timur, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Sunting kotak info • L • B |
Raden Mochammad Machin (terlahir Raden Mas Mochammad Machin, lahir di Kota Kediri, Jawa Timur, 1911 – meninggal dunia dimakamkan di Kawasan Setonogedong Kota Kediri, Jawa Timur, 1964 pada umur 53 tahun) merupakan anak dari pasangan suami istri Hadji Ali Moestoha dan Siti Mukidjah. Ia masih memiliki darah keturunan ningrat dari pihak ayah dengan nama belakang Danoediningrat sehingga keluarga nya dapat dikatakan memiliki status sosial yang tinggi. Ia menjabat sebagai bupati Kediri periode 1948 sampai 1960.
Kehidupan
[sunting | sunting sumber]Raden Mochammad Machin merupakan penghulu termuda pada masa Hindia Belanda yang diangkat sebagai kepala penghulu pada usia sekitar 30 tahun. Sistem feodalisme dalam pergantian kepala penghulu telah dipraktekkan sejak lembaga kepenghuluan terbentuk, dalam hal ini karena Ia menggantikan posisi ayahnya sebagai kepala penghulu yang meninggal karena sakit. Diangkatnya sebagai kepala penghulu muda tahun 1942 oleh keresidenan Kediri menunjukkan bahwa tidak adanya pembatasan usia untuk menjadi pemimpin sebuah lembaga yang berada dibawah pengawasan Landraad.
Pada lembaga kepenghuluan Kediri Ia sempat menduduki posisi sebagai sekretaris, wakil kepala penghulu yang kemudian sampai pada puncak kepemimpinan. Kepala penghulu memiliki andil yang cukup besar dalam pengembangan masyarakat muslim dalam perannya sebagai konsultan, pengayom, dan qodi’. Ia membuktikan dirinya mampu mengemban tugas kepala penghulu meski menjadi kepala penghulu muda, ia mengabdikan dirinya sebagai penghulu selama kurang lebih tujuh tahun, sepanjang karirnya sebagai penghulu tahun 1941-1948 dan telah menduduki sejumlah jabatan penting diantaranya sebagai pengurus harian Jawa Timur, kepala penghulu daerah Kediri dan kepala kantor pertama di Kantor Agama Provinsi (KAP) Jawa Timur.
Ia bahkan terdaftar sebagai salah satu orang Jawa terkemuka yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Menjelang Agresi Militer Belanda II, ia ditunjuk sebagai bupati kediri pengganti berdasarkan musyawarah para kiai yang dikuatkan oleh saran langsung dari Ir. Soekarno, ia dianggap sosok yang tepat sebagai bupati kediri pengganti dengan melihat perannya dalam memimpin lembaga kepenghuluan Kediri. Ia resmi dilantik tahun 1950 sekaligus menjadi bupati Kediri pertama setelah peresmian pemerintahan Kediri secara otonom. Kebijakanya sebagai bupati Kediri diantaranya perbaikan infrastruktur serta rumah-rumah warga yang rusak pasca serangan Militer Belanda.
Ia sebagai pemimpin daerah mengupayakan perkembangan dan kemajuan daerah salah satunya dengan membentuk klub sepakbola Persik Kediri yang menjadi kebanggaan dan identitas baru Kediri.