Salib Besi
Salib Besi adalah simbol salib berwarna hitam dengan latar belakang warna putih atau abu-abu. Awalnya simbol ini digunakan tahun 1219, oleh Kerajaan Yerusalem.[1] Simbol ini selanjutnya banyak digunakan sebagai dekorasi militer atau medali di Kerajaan Prusia, Kekaisaran Jerman, dan Jerman Nazi. Penggunaan awalnya disahkan oleh Raja Friedrich Wilhelm III dari Prusia dan pertama kali dianugrahkan pada 10 Maret 1813 di Wrocław, selama Peperangan era Napoleon.
Desain awal
[sunting | sunting sumber]Iron Cross dengan warna hitam dan empat sisi diatas dasar hitam, mirip dengan cross pattée, di desain pertama kali oleh arsitek neo-klasik Karl Friedrich Schinkel, mereflesikan salib yang digunakan oleh ksatria tetonik pada abad ke-14. Salib ini telah menjadi simbol dari angkatan bersenjata Jerman sejak 1871.
Aslinya, pita yang digunakan pada tahun 1813, 1870 dan 1914 adalah hitam dengan dua garis tipis berwarna putih, yang merupakan warna dari Prussia, untuk sipil menggunakan warna yang sama hanya komposisinya dibalik. Biasanya ditengah-tengah salib terdapat embos text yang menerangkan periode penganuhgerahan penghargaan tersebut.
Perang Dunia II
[sunting | sunting sumber]Meskipun sudah dikenal lama, tetapi penghargaan ini mulai populer saat digunakan pada Perang Dunia II oleh Nazi Jerman. Iron Cross pada saat Perang Dunia II, merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada seseorang di Jerman, diberikan hanya dalam masa perang. Iron Cross ini ditetapkan ulang oleh Adolf Hitler berbarengan dengan dimulainya Perang Dunia II. Hitler menetapkan empat tingkatan untuk penghargaan ini:
- Second Class - (Eisernes Kreuz 2. Klasse)
- First Class - (Eisernes Kreuz 1. Klasse)
- Knight's Cross - (Ritterkreuz)
- Grand Cross - (Großkreuz des Eisernen Kreuzes)
Khusus untuk Grand Cross hanya digunakan oleh Hermann Goering.salah satu alasanya adalah karena Goering banyak berjasa dalam membentuk Angkatan Udara Nazi Jerman atau Luftwaffee. Luftwaffe banyak berperan dalam membantu Angkatan Darat / Heer dan Angkatan Laut / Kriegsmarine menghadapi pasukan sekutu.
Sekitar 3 Juta Iron Cross: Second Class telah dibuat pada saat itu, walaupun kebanyakan diberikan kepada sekutu Jerman tau warga sipil yang berjasa. Bagi mereka yang sudah menerima Second Class, baru berkesempatan menerima First Class. Diperkirakan sekitar 500.000 orang menerima penghargaan ini.[2]
Ritterkreuz atau Knight's Cross diberikan kepada seseorang yang karena keberaniannya yang luar biasa atau karena kepemimpinannya yang luar biasa. Penghargaan ini lebih sulit diraih daripada medali standar lainnya. Penghargaan ini memiliki lima tingkatan, yaitu:[3]
- Ritterkreuz
- Ritterkreuz mit Eichenlaub / Knight's Cross dengan Oak Leaves
- Ritterkreuz mit Eichenlauba und Schwerten / Knight's Cross dengan Oak Leaves and Sword
- Ritterkreuz mit Eichenlauba, Schwerten und Brillianten / Knight's Cross dengan Oak Leaves, Sword and Diamond
- Ritterkreuz mit Goldenen Eichenlauba, Schwerten und Brillianten / Knight's Cross dengan Golden Oak Leaves, Sword and Diamond (1), penerima Golden Oak leaves ini hanya satu-satunya, yaitu pilot Stuka, Hans-Ulrich Rudel.
Dari total 7.313 penghargaan yang dibuat, hanya hanya 883 orang yang menerima Oak Leaves; Oak leaves and Swords: 160 orang (termasuk Laksamana Jepang, Isoroku Yamamoto; Oak leaves, Swords and Diamonds: 27 orang dan Golden Oak leaves, Swords and Diamonds: 1 orang.
Penggunaan setelah Perang Dunia II
[sunting | sunting sumber]Setelah Perang Dunia II berakhir, Salib Besi digunakan sebagai lambang Angkatan Bersenjata Jerman yang baru atau Bundeswehr. Lambang ini biasanya di tampilkan di badan kendaraan dan pesawat Angkatan Bersenjata Jerman.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Salib Besi Kelas 2, Perang Dunia II
-
Salib Akbar, 1914
-
Salib Besi sebagai lambang Angkatan Bersenjata Jerman
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Jean-Denis Lepage. Medieval armies and weapons in western Europe: an illustrated history. McFarland & Company, Inc., 2005. Pp. 193.
- ^ Iron Cross 1st Class
- ^ Kedigdayaan Nazi Jerman; Edisi Koleksi Angkasa; Gramedia Printing; 2005