Kayu manis tiongkok
Kayu manis tiongkok | |
---|---|
from Koehler's Medicinal-Plants (1887) | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | C. cassia
|
Nama binomial | |
Cinnamomum cassia | |
Sinonim[1] | |
|
Cinnamomum cassia, yang disebut kayu manis Tiongkok, adalah sebuah pohon tumbuhan hijau abadi yang berasal dari selatan Tiongkok, dan kemudian menyebar di sana dan tempat lainnya di selatan dan timur Asia (India, Indonesia, Laos, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Vietnam).[2] Tumbuhan tersebut merupakan salah satu dari beberapa spesies Cinnamomum yang biasanya digunakan karena kulit kayu mereka yang beraroma, yang digunakan sebagai rempah-rempah. Di Amerika Serikat, kayu manis Tiongkok merupakan jenis kayu manis paling umum yang digunakan. Kuncup-nya juga digunakan sebagai rempah-rempah, khususnya di India, dan sempat digunakan oleh bangsa Romawi kuno.
Pohon tersebut bertumbuh sampai 10–15 m panjangnya, dengan kulit kayu yang sangat abu-abu dan keras, sementara daun-daunnya dapat memiliki panjang seukuran 10–15 cm dan memiliki warna kemerahan ketika masih muda.
Produksi dan penggunaan
[sunting | sunting sumber]Kayu manis Tiongkok sangat dekat dengan kayu manis Ceylon (C. verum), kayu manis Saigon (C. loureiroi, juga dikenal sebagai "kayu manis Vietnam"), dan kayu manis Indonesia (C. burmannii). Pada seluruh empat spesies tersebut, kulit kayu-nya yang dikeringkan digunakan sebagai rempah-rempah. Rasa kayu manis Tiongkok kurang terasa ketimbang kayu manis Ceylon.
Kebanyakan rempah-rempah yang dijual sebagai kayu manis di Amerika Serikat, Britania Raya, dan India adalah kayu manis Tiongkok.[3] "Kayu manis Indonesia" (C. burmannii) dijual dalam jumlah yang lebih sedikit.
Kayu manis Tiongkok diproduksi di Tiongkok dan Vietnam. Sampai 1960an, Vietnam adalah produsen kayu manis Saigon paling berpengaruh, yang mengandung minyak dengan kadar yang tinggi, dan memiliki rasa yang kuat. Namun, karena perselisihan yang terjadi akibat Perang Vietnam, produksi kayu manis Indonesia di dataran tinggi pulau Indonesia Sumatra menggantikan posisi tersebut. Kayu manis Indonesia memiliki kandungan minyak yang terendah dari tiga jenis kayu manis, sehingga menjadikan sebagai yang paling rendah harganya. Kayu manis Tiongkok memiliki rasa yang lebih manis ketimbang kayu manis Indonesia, setara dengan kayu manis Saigon, tetapi dengan kandungan minyak yang lebih rendah.
Penggunaan dalam pengobatan
[sunting | sunting sumber]Kayu manis Tiongkok (yang disebut ròu gùi; 肉桂 dalam bahasa Tionghoa) biasanya diproduksi di provinsi-provinsi selatan Guangxi, Guangdong, dan Yunnan. Tumbuhan tersebut dianggap sebagai salah satu 50 tumbuhan herbal fundamental dalam pengobatan Tionghoa tradisional.[4]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "The Plant List".
- ^ Xi-wen Li, Jie Li & Henk van der Werff. "Cinnamomum cassia". Flora of China. Missouri Botanical Garden, St. Louis, MO & Harvard University Herbaria, Cambridge, MA. Diakses tanggal 28 Maret 2013.
- ^ "Cassia: A real spice or a fake cinnamon". China Business Limited as Regency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-28. Diakses tanggal 2015-08-05.
- ^ Wong, Ming (1976). La Médecine chinoise par les plantes. Le Corps a Vivre series. Éditions Tchou.
Bacaan tambahan
[sunting | sunting sumber]- Dalby, Andrew (1996). Siren Feasts: A History of Food and Gastronomy in Greece. London: Routledge.
- Faure, Paul (1987). Parfums et aromates de l'antiquité. Paris: Fayard.
- Paszthoty, Emmerich (1992). Salben, Schminken und Parfüme im Altertum. Mainz, Germany: Zabern.
- Paterson, Wilma (1990). A Fountain of Gardens: Plants and Herbs from the Bible. Edinburgh.
Chang, Chen-Tien; Chang, Wen-Lun; Hsu, Jaw-Cherng (August 2013). "Chemical composition and tyrosinase inhibitory activity of Cinnamomum cassia essential oil". Botanical Studies. 54 (1): 10. doi:10.1186/1999-3110-54-10.