Lompat ke isi

Kopi liberika

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Coffea liberica
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Asterid
Ordo: Gentianales
Famili: Rubiaceae
Genus: Coffea
Spesies:
C. liberica
Nama binomial
Coffea liberica
Sinonim

Coffea dewevrei De Wild. & T.Durand
Coffea dybowskii Pierre ex De Wild.
Coffea excelsa A.Chev.

Kopi liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia, dan Afrika Barat, sekaligus menjadi asal-usul nama kopi ini. Kopi liberika tumbuh secara liar di daerah Afrika yang meliputi Angola, Benin, Kamerun, Afrika Tengah, Kongo, Pantai Gading, Gabon, Gana, Guinea, Liberia, Nigeria, Sao Tomé, Sierra Leone, Sudan, hingga Uganda.[2] Kopi ini dapat tumbuh setinggi 9 meter dari tanah. Pada abad-19, jenis kopi ini didatangkan ke Indonesia untuk menggantikan kopi arabika yang terserang oleh hama dan penyakit.

Sejarah di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1878 Belanda membawa kopi liberika ke Indonesia untuk menggantikan tanaman kopi arabika yang rusak terserang penyakit karat daun atau Hemelia vastatrixi (HV). Namun memasuki tahun 1907 tanaman liberika mengalami hal yang sama dengan arabika. Hampir semua perkebunan kopi liberika yang terletak di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun. Meskipun daya tahan kopi liberika terhadap penyakit karat daun lebih baik dibanding arabika namun tidak setahan kopi robusta. Sehingga pemerintah Belanda mengganti Liberika dengan jenis Robusta.[2]

Foto. Kopi liberika yang ditanam pada April 1896 sedang berbunga. Perkebunan Kedongdong, Way Lima, Lampung
Foto. Kopi liberika yang ditanam pada April 1896 sedang berbunga. Perkebunan Kedongdong, Way Lima, Lampung

Daerah Jawa Timur menjadi salah satu area kantong produksi kopi di Indonesia, salah satu perkebunan kopi yang dikenal di masyarakat yaitu perkebunan kopi di Kawasan Geopark Ijen Banyuwangi, dengan Kecamatan Kalipuro sebagai salah satu daerah yang memiliki produktivitas kopi cukup tinggi. Kopi yang dibudidayakan masyarakat Kecamatan Kalipuro salah satunya adalah kopi Liberika (Coffea liberica), spesies yang banyak dijumpai di wilayah sekitar hutan namun tidak banyak dibudidayakan seperti kopi Arabika maupun Robusta.[3]

Kalau di Jambi, kopi ini dibudidayakan di Kuala Tungkal, unik dan khasnya kopi Liberika Tungkal Komposit ini lantaran dibudidayakan di daerah gambut dengan tingkat keasaman yang cukup tinggi.[4] Saat ini, kopi Liberika Tungkal di budidayakan oleh masyarakat kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada umumnya masyarakat Kecamatan Betara mengolah kopi sampai pada tahap green bean. Hal ini disebabkan karena alat pengolahan kopi masih terbatas. Untuk produk dalam bentuk green bean asalan, masyarakat biasa mengolah secara mandiri.[5] Sejak 2018, kopi tersebut menjadi salah satu komoditas perkebunan yang terus dipelajari potensinya dan diperbaiki produktivitasnya oleh peneliti Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Badan Litbang Pertanian.[6] Kopi Liberika Tungkal telah meraih pengakuan Hak Paten dan Sertifikat Indikasi Geografis dari Dirjen Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia[7] pada Rangkaian acara Hari Dharma Karyadhika Tahun 2015 di gedung Kementrian Hukum dan HAM.[8]

Kopi liberika sangat terkenal di Kalimantan. Alasannya, kopi ini sangat cocok jika tumbuh di lahan gambut.[9] Kopi jenis ini dinilai cocok dengan karakter cuaca di Kalimantan.[10] Salah satu kopi di pulau Kalimantan ini dihasilkan dari kebun sumber petani kopi perkebunan rakyat jenis kopi Liberika dari Desa Podorukun, Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara yang telah dilakukan pelatihan langsung sejak tahun 2017 dengan nama kelompok tani "Cahaya Kayong Seponti". Kopi Liberika asal Kecamatan Seponti Kabupaten Kayong Utara ini telah mendapatkan penghargaan pada Kompetisi World Coffee Challenge 2022 Spanyol.[11]

Karakteristik

[sunting | sunting sumber]

Kopi ini memiliki beberapa karakteristik:

  1. Ukuran daun, cabang, bunga, buah dan pohon lebih besar dibandingkan kopi Arabika dan Robusta.
  2. Cabang primer dapat bertahan lebih lama dan dalam satu buku dapat keluar bunga atau buah lebih dari Kosatu kali.
  3. Agak peka terhadap penyakit HV.
  4. Kualitas buah relatif rendah.
  5. Produksi sedang, (4,-5 ku/ha/th) dengan rendemen ± 12%
  6. Berbuah sepanjang tahun.
  7. Ukuran buah tidak merata/tidak seragam
  8. Tumbuh baik di dataran rendah.

Beberapa varietas kopi Liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain adalah Ardoniana dan Durvei.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ IUCN Detail 18537594
  2. ^ a b diskominfo@badungkab.go.id. "Website Portal Resmi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Badung". Website Portal Resmi Dinas Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kabupaten Badung. Diakses tanggal 2024-06-14. 
  3. ^ "Eksplorasi Kopi Liberika dari Ujung Timur Pulau Jawa, Kopi Penyelamat Lingkungan – Fakultas Teknologi Pertanian". tp.ub.ac.id. Diakses tanggal 2024-06-14. 
  4. ^ "UNIK DAN KHASNYA KOPI LIBERIKA KUALA TUNGKAL". 27 November 2017. Diakses tanggal 14 Juni 2024. 
  5. ^ Arman, Dedi (2019-11-21). "Liberika, Kopi Khas Tanjungjabung Barat". Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2024-06-21. 
  6. ^ Bardono, Setiyo (2020-03-19). "Penelitian Kopi Liberika pada Lahan Gambut Pasang Surut Jambi". Technology Indonesia. Diakses tanggal 2024-07-02. 
  7. ^ Ahmadi, Ali. "Kopi Liberika Tungkal Komposit: Varian Unik yang Membuat Pecinta Kopi Tercengang! - Jambi One". Kopi Liberika Tungkal Komposit: Varian Unik yang Membuat Pecinta Kopi Tercengang! - Jambi One. Diakses tanggal 2024-06-21. 
  8. ^ "Jangan Ngaku Pecinta Kopi, Kalau Belum Nyobain Kopi Liberika Tungkal Komposit". Serambi Jambi. 2018-04-08. Diakses tanggal 2024-06-21. 
  9. ^ Liputan6.com (2023-01-07). "Kopi Liberika, Mutiara Hitam dari Pulau Borneo". liputan6.com. Diakses tanggal 2024-06-21. 
  10. ^ Ika, Aprillia (9 November 2023). "Kopi Luwak Liberika Prangat Baru Kaltim, Si "Batu Hitam" Berharga Selain Batu Bara..." Kompas.com. Diakses tanggal 21 Juni 2024. 
  11. ^ "Bea Cukai Ketapang". bcketapang.com. Diakses tanggal 2024-06-21. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]