Disosiasi
Disosiasi adalah perubahan kesadaran secara tiba-tiba yang menyugesti ingatan dan identitas. Para individu yang menderita gangguan disosiatif tidak dapat mengingat berbagai kejadian baik pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru.[1]
Fenomena disosiatif dikenal dengan istilah kesurupan. Kesurupan dianggap oleh masyarakat sebagai suatu kondisi apabila roh masuk dan menguasai individu sebagai akibatnya individu itu menjadi lain dalam hal bicara, baik perilaku dan sifatnya. Perilaku menjadi seperti ada kepribadian lain yang memasukinya. Kepercayaan sebagaian besar manusia akan keberadaan alam ghaib dan roh telah berlangsung sejak lama, keyakinan ini juga dikuatkan lagi oleh berbagai budaya serta kepercayaan yang ada dan di wariskan secara turun menurun. Trans disosiatif adalah gangguan yang menampilkan adanya kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya, dalam beberapa kejadian individu tadi berperlaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan ghaib, malaikat atau “kekuatan lain”.[2]
Gejala
[sunting | sunting sumber]Pada rangkaian yang masih dianggap normal, gejala disosiasi muncul dalam bentuk kepribadian terbagi atau yang sering disebut oleh awam sebagai split personality, termasuk di dalamnya individu yang bersifat munafik karena antara kata dan perbuatan tidak sama. Ini dimungkinkan karena disosiasi menyebabkan kepribadian individu tidak terintegrasi atau mengalami keterpecahan/saling terpisah. Masing-masing pecahan kepribadian tersebut memiliki fungsi untuk menangani situasi-situasi khusus yang menimbulkan stres atau tekanan. Atau dengan kata lain, masing-masing kepribadian yang saling terpisah tersebut berguna bagi individu untuk bisa mempertahankan diri menghadapi realita yang dihadapi.[3] Kepribadian disosiatif yang dimiliki oleh individu tidak selalu tidak saling disadari satu dengan yang lainnya. Masing-masing kepribadian tersebut bisa saling mengetahui satu dengan yang lain, meskipun memang ada yang samar-samar atau belum disadari. Janet menyebutkan istilah untuk kondisi tersebut
sebagai “kesadaran yang lain” dan tidak menggunakan istilah ketidaksadaran. Namun karena sifatnya yang terpecah dan mandiri itu, membuat antar kepribadian bisa bertindak saling menguasai situasi, dan jenis reaksi dari tindakan tersebut ditentukan oleh kepribadian yang menguasai saat itu.
Gejala utama gangguan ini adalah adanya kehilangan sebagian atau seluruh dari integrasi normal dibawah kendali kesadaran antara lain:
- ingatan masa lalu atau amnesia disosiatif
- kesadaran identitas dan penginderaan (awareness of identity and immediate sensations)
- kontrol terhadap gerakan tubuh atau kehilangan sensorik
- sindrom Ganser serta gangguan kepribadian ganda.[4]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Penemuan istilah disosiasi yang di dasarkan oleh pemikiran Pierre Janet, dimulai pada waktu peneliti mendalami fenomena atau kenyataan kesurupan. Kesurupan sendiri adalah bagian ganguan disosiasi sebagai akibatnya janet menjadi tokoh utama yang paling sering melakukan penelitian dan penanganan terhadap tanda-tanda disosiasi.[5] Janet mempelajari ilmu psikopatologi, psikofisiologis menjadi psikoterapis, dan bahkan kenyataan-kenyatan okultisme. Istilah disosiasi dikenalkan oleh pierre janet yang mempelajari trauma dan akibatnya untuk pertama kali, pada waktu itu digunakan untuk menjelaskan ganguan histeria yang memang sudah dikenal. Seiring perkembangan isitlah disoasi ini tidak digunakan lagi digantikan istilah represi oleh Freud, namun setekah perang dunia ke II istilah disosiasi muncul kembali dan bahkan dapat digunakan untuk pengelompokan nama ganguan mental, yaitu ganguan disosiatif. Freud mengunakan istilah "splititing" (pemisahan/pemecahan) pada penelitian awalnya mengenai histeria. istilah tersebut awalnya disosasi pada beberapa kondisi/ keadaan mental (atau pengelompokan psikis) yang dijaga tetap terbagi oleh proses-proses atau motif-motif yang tidak diketahui. Menurut sejarah pengertian disosiasi sebelum dikenalkan oleh janet sudah ada atau dikenal dengan istilah disolusi psikologis oleh Moreu de Tours (1845), disolusi ini merupakan keadaan mimpi yang artinya perpeahan kesadaran yang mengarah pada amnesia dan gejala lain seperti depersenolisasi, derealisasi, halusinasi dan keterpecahan persepsi. Morton price mengunakan istilah co-conscious untuk menunjuk pada dua kesadaran yang terisolasi satu sama lain. Max Desoir mengidentifikasi adanya dua aliran utama aktifitas mental sebagai kesadaran yang lebih ke atas dan lebih ke bawah, dimana yang ke bawah mungkin muncul dalam kasus hipnosis, misalnya F. Myers menyebutnyta dengan istilah subliminal self yang kemudian digunakan oleh William James. Disosiasi dipahami sebagai kegagalan dalam mengintegrasikan informasi dan atribusi diri yang seharusnya dapat integrasikan dan sebagai kesadaran lain yang dicirikan dengan suatu perasaan terlepas dari diri dan atau lingkungan.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Journal of Social and Industrial Psychology". journal.unnes.ac.id. Diakses tanggal 2022-02-06.
- ^ [https;//-Article%20Text-5182-1-10-20131210.pdf "GAMBARAN TRANS DISOSIATIF PADA MAHASISWI"] Periksa nilai
|url=
(bantuan) (PDF). Journal of Social and Industrial Psychology. 2 (2252-6838): 60. 2012/10. doi:ISSN 2252-6838 Periksa nilai|doi=
(bantuan). - ^ Siswanto, Siswanto (2016-01-01). "Keterampilan Pengasuhan, Disosiasi, dan Tingkah Laku Tak Berintegritas".
- ^ Karlina, Dwi (2018). [1857-Article Text-6679-1-10-20200710.pdf "Ganguan Disosiasi"] Periksa nilai
|url=
(bantuan) (PDF). Majalah kedokteran UKI. XXXIV No.3 (12365): 128. doi:12374932 Periksa nilai|doi=
(bantuan). - ^ Siswanto, Siswanto (2020-04-03). "Pemaafan sebagai antitesis disosiasi".