Jagung
Jagung (Jawi: جاݢوڠ ; bahasa Inggeris: corn atau maize; nama botani: Zea mays ssp. mays) merupakan tanaman bijirin makanan ruji dari Mesoamerika. Tangkai daunnya menghasilkan jambak "bulu" debunga jantan dan bakal biji yang berasingan, lalu menghasilkan buah tongkol penuh biji yang besar menguning dan padat apabila disenyawakan.[1][2]
Jagung | |
---|---|
Ilustrasi gambaran bunga-bunga jantan dan betina jagung | |
Pengelasan saintifik | |
Alam: | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
(tanpa pangkat): | |
Order: | |
Keluarga: | |
Genus: | |
Spesies: | Z. mays
|
Nama binomial | |
Zea mays |
Jagung mula ditanam daripada teosinte (Zea mays ssp. parviglumis), tumbuhan asal di lembah sungai Balsas di selatan Mexico 10,000 tahun dahulu.[3][4] Sehingga 12% bahan genetik jagung didapati daripada Zea mays ssp. mexicana melalui introgresi. Istilah "teosinte" digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Pendapat yang menyatakan bahawa genus Tripsacum yang berkait dengan asal tumbuhan jagung telah dinafikan dengan analisa genetik moden.
Tumbuhan ini, khususnya biji-biji tongkolnya, menjadi sumber makanan ruji ketiga utama manusia setelah gandum dan beras/padi.[5] Ia tidak sahaja menjadi sumber makanan langsung, tetapi ia juga menjadi bahan mentah produk lain seperti etanol dan tepung.[6]
Penamaan
suntingKata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan dari nama digunakan orang Jawa iaitu ꦗꦮꦲꦒꦸꦁ jawa agung - jawa di sini bererti "jewawut" iaitu sejenis sekoi dan "agung" bermaksud "besar",[7] ia pertama kali dicatatkan terterap dalam bahasa Melayu (dieja sebagai djagoeng) dalam buku Nederlandsch-Indisch Plakaatboek 1602-1811 pada tahun 1800.[7] Kata-kata berupa sama yang terkira sama akar juga termasuk:[8]
Sejarah
suntingPengkultivaran
suntingJagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar secara semula jadinya.[9]
Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif di bahagian selatan Mexico, Amerika Tengah, sejak 7 000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol jagung kuno yang ditemukan di Gua Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia sekitar 6250 tahun; tongkol utuh tertua ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan, Puebla, yangberusia sekitar 3450 SM.[10][11]
Bangsa-bangsa Olmek dan Maya diamati sudah menanamkannya di seantero Amerika Tengah sejak 10,000 tahun yang lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil. Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ecuador) sekitar 7,000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pergunungan di selatan Peru pada 4,000 tahun yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu rendah di kawasan Pergunungan Andes.[12] Sejak 2500 SM, tanaman ini telah dikenali di berbagai penjuru Benua Amerika.[13]
Perkenalan ke Nusantara
suntingKedatangan orang-orang Eropah sejak akhir abad ke-15 membawa banyak jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke Eropah mahupun Asia. Penyebaran jagung ke benua Asia khususnya dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh armada pimpinan Ferdinand Magellan berlayar melintasi Lautan Pasifik. Di tempat-tempat baru ini jagung relatif mudah beradaptasi kerana tahap kemuluran fenotip ia yang tinggi.
Jagung diperkirakan dibawa masuk kepulauan Nusantara pada abad ke-16 oleh penjelajah Portugis.[14]
Botani
suntingProduk utama jagung adalah bijinya menggabungkan ciri buah dan biji. Sebahagian besar isi biji ini diisi oleh endosperma yang kaya dengankarbohidrat.
Penanaman
suntingJagung memerlukan cahaya matahari langsung agar dapat tumbuh dengan normal. Tempat dengan curah hujan 85–200 mm sebulan, suhu udara 23-27 °C (ideal), dan pH tanah 5.6-7.5 adalah ideal. Jenis tanah tidak terlalu penting, asalkan pengudaraan baik dan ketersediaan air mencukupi. Air yang cukup pada fasa pertumbuhan awal, pembungaan, serta pengisian biji adalah penting bagi hasil tongkol jagung yang terbaik. Kekurangan air pada fasa-fasa pertumbuhan tersebut akan secara jelas menurunkan hasil tanaman yang dapat diperoleh.
Meskipun pokok jagung dapat membentuk pembuluh-pembuluh udara (aerenkima) apabila terendam bawah air dalam jangka waktu cukup lama, genangan tidak disukai air. Pembuatan parit mengalirkan air atau pembentukan bedengan biasanya disarankan. Pengapuran mungkin diperlukan untuk meneutralkan pH tanah yang dikira terlalu berasid.
Penanaman benih jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan menggunakan tugal untuk melubangkan tanah. Penanaman bijian bermesin pula dilakukan menggunakan mesin penabur benih (seed driller). Kepadatan populasi tanam yang biasa dipakai adalah 60,000 sampai 120,000 tanaman sehektar yang biasa diterjemahkan dalam jarak antara baris (50–100 cm) dan jarak dalam baris (10–40 cm).
Kebutuhan hara jagung dikenal cukup tinggi dan dipenuhi melalui pemupukan. Selain memerlukan pupuk organik sebagai pupuk dasar/awal, jagung memerlukan masukan nitrogen (N, dari urea ataupun ZA), fosfat (biasanya dari SP36), dan kalium (K, biasanya dari KCl) untuk pertumbuhan dan hasil yang baik. Namun demikian, sejak 2000-an di Indonesia diperkenalkan pula pupuk majemuk yang telah mengandungkan ketiga-tiga unsur pokok tersebut. Pupuk organik cair (POC) juga mula diperkenalkan untuk digunakan.
Pada pertengahan masa pertumbuhan vegetatif, jagung mengeluarkan akar udara (aerial roots) sehingga memerlukan pembatasan berlapis untuk memaksimumkan penyerapan hara. Pengendalian tumbuhan pengganggu (gulma) dilakukan menggunakan racun rumpai atau dilakukan dengan pendangiran.
Penanaman jagung bergantung kepada bekalan air yang turun dari hujan atau dialirkan dari saluran atau pam dari parit yang digenangi
Terdapat tiga jenis jagung iaitu jangung tepung (zea mays amylaceae), jangung polong (zea mays tunicata) dan jagung ketan
(zea mays ceratina).[15]
-
jagung diangin-anginkan di beranda rumah. Sumarorong
-
Jagung tuaian disimpan di bawah atap rumah. Ayotupas
Organisme perosak
suntingPenanaman jagung boleh terjejas melalui agen perosak tertentu yang berbeza mengikut iklim.
Di kawasan Asia tropika, penyakit utama jagung adalah:
- penyakit bulai (maize downy mildew ) akibat jangkitan Peronosclerospora maydis,
- karat daun jagung dibawa Puccinia (terutama P. polysora),
- bercak daun jagung (Southern leaf blight ) dibawa Bipolaris maydis (teleomorf: Cochliobolus heterostrophus),
- hawar daun jagung (Northern leaf blight ) dibawa Setosphaeria turcica (anamorf: Exserohilum turcicum),
- busuk pelepah (sheath blight ) dibawa Rhizoctonia solani,
- busuk batang jagung akibat bermacam-macam cendawan dan oomycetes, dan
- busuk tongkol oleh cendawan Fusarium, Diplodia, dan Gibberella,
- gosong bengkak (corn smut ) dibawa terutama Ustilago maydis,
- penyakit mosaik kerdil jagung akibat infeksi Maize Dwarf Mosaic Virus.
Hama utama jagung adalah
- kumbang-kumbang Ostrinia furnacalis (Asia tropika) dan Ostrinia nubilalis (daerah subtropika dan iklim empat musim)
- lalat bibit Atherigona spp.,
- uret, terutama Lepidiota stigma (Jawa dan Sumatra),
- ulat tanah, seperti Agrotis,
- ulat grayak Spodoptera,
- penggerek tongkol Helicoverpa armigera
- belalang kembara Locusta migratoria,
- tikus sawah Rattus argentiventer,
- kumbang gudang, terutama Sitophilus zeamais dan S. oryzae, dan
- ngengat gudang, seperti Sitotroga.
- Monyet dan Babi Hutan [16]
Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus parasit berbahaya yang diawasi ketat agar tidak masuk ke kawasan Asia tropika iaitu striga.
Kegunaan
suntingDalam pemakanan
suntingBahagian jagung yang biasa dimakan manusia adalah bijiannya, baik masih muda ketika isinya belum mengering mahupun setelah tua dan mengering. Bijian kering dapat dikisarkan menjadi tepung jagung merupakan bahan untuk berbagai kuih dan penganan olahan serta untuk bahan baku pembuatan mi bihun, ia sering menjalani proses khas yang menanggalkan isirong keras serta menambahkan gizi penting lain iaitu penisytamalan.
Bijirin jagung adakala dipecah kasar bijian jagung diolah di Amerika Syarikat sebagai emping jagung yang dimakan dalam waktu sarapan . Di Jawa Timur terutama, bijian jagung kering ditumbuk agak halus untuk mendapatkan beras jagung, yang setelah dikukus atau ditanak menjadi nasi jagung. Nasi jagung ini baik yang tulen atau bercampur dengan nasi padi, umum sebagai makanan ruji terutama di wilayah ini yang mendapat pengaruh dari budaya Madura.
Bijian utuh jagung dapat dipanggang, digoreng kering atau penuh minyak. Gorengan bijian kering jagung dikenal sebagai marning di Jawa Tengah. Dari bijian jagung kering varietas tertentu juga dapat dibuat bertih jagung.
Tongkol jagung yang masih muda dan belum berkembang penuh dipanen sebagai sayuran segar yang dikenal sebagai "anak jagung" atau babycorn; ia boleh dimakan secara direbus, dipanggang, atau dibakar. Beberapa masakan sayur seperti sayur asam dan sayur bening dilengkapi dengan potongan tongkol jagung atau bijian muda yang sudah dipisahkan dari tongkolnya (dipipil).
Industri dan tenaga
suntingSaat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber tenaga alternatif melalui penghasilan etanol yang boleh dipergunakan untuk menggerakkan kenderaan menggantikan petrol.[17][18] Sisa tongkol turut boleh digunakan sebagai sumber biojisim.
Selain itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepuntelah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan mentah membuat perkakasan komputer yang siap dipasarkan.[19]
Kegunaan lain
suntingDaun pembungkus (braktea) tongkol jagung (disebut kelobot) yang telah dikeringkan digunakan di Jawa sebagai pembungkus makanan mahupun sebagai komponen suatu rokok tradisional ("rokok kelobot").
Jagung yang dikisar boleh dijadikan bahan makanan untuk unggas dalam bentuk kasar (untuk burung dara), dipecah (untuk burung pengicau), dihaluskan, sehingga dalam bentuk serbuk.
Galeri
sunting-
Jagung hibrid
-
Zea mays 'Ottofile giallo Tortonese'
-
Zea mays "fraise"
Lihat juga
suntingRujukan
sunting- ^ "Please settle a dispute. Is sweet corn a vegetable or a grain? What is the difference? How about field corn?". eXtension (dalam bahasa Inggeris). USDA National Institute of Food and Agriculture, New Technologies for Ag Extension project. 18 Mei 2009. Diarkibkan daripada yang asal pada 21 Jun 2018. Dicapai pada 3 Mac 2018.
- ^ Chodosh, Sara (8 Julai 2021). "The bizarre botany that makes corn a fruit, a grain, and also (kind of) a vegetable". Popular Science. Dicapai pada 24 Februari 2022.
- ^ "The Evolution of Corn". University of Utah HEALTH SCIENCES. Dicapai pada 2 Januari 2016.
- ^ Benz, B. F. (2001). "Archaeological evidence of teosinte domestication from Guilá Naquitz, Oaxaca". Proceedings of the National Academy of Sciences. 98 (4): 2104–2106. Bibcode:2001PNAS...98.2104B. doi:10.1073/pnas.98.4.2104. PMC 29389. PMID 11172083.
- ^ Saptoningsih. "Diversifikasi Pangan Olahan Jagung". BPPSDMP Kementerian Pertanian. Diarkibkan daripada yang asal pada 28 Januari 2021. Dicapai pada 3 Jun 2015.
- ^ Foley, Jonathan (3 Mac 2013). "It's Time to Rethink America's Corn System". Scientific American. Dicapai pada 18 Februari 2019.
- ^ a b Lombard, Denys (1996). Nusa Jawa: Silang Budaya. 2. Penerbit Gramedia. m/s. 263.
- ^ Zea mays L. Diarkibkan 2008-12-07 di Wayback Machine. Laman tanaman obat Departemen Kesehatan
- ^ Gepts P. 2004. Crop Domestication as a Long-term Selection Experiment. In: Janick J. Plant Breeding Reviews, Vol. 24, Part 2, ISBN 0-471-46892-4. John Wiley & Sons, Inc. hal. 6.
- ^ "Origin, History and Uses of Corn". Iowa State University, Department of Agronomy. 11 Februari 2014. Diarkibkan daripada yang asal pada 2014-02-23. Dicapai pada 2020-11-21.
- ^ Roney, John (2009). "The Beginnings of Maize Agriculture". Archaelogy Southwest 23 (1):4
- ^ Bakalar, Nicholas. Corn, Arrowroot Fossils in Peru Change Views on Pre-Inca Culture. National Geographic News. Edisi 2 Maret 2006
- ^ Roney, John (Winter 2009). "The Beginnings of Maize Agriculture". Archaeology Southwest. 23 (1): 4.
- ^ "Milho, Makk, and Yu Mai: Early journey of maize to Asia. Chapter 6: Maize in the southeast Asian archipelago and Australia". Diarkibkan daripada yang asal pada 2015-12-30. Dicapai pada 2020-11-21.
- ^ Hartono, Rudi. Salamah, Umme (penyunting). Kaedah penanaman jagung berkualiti. Kuala Lumpur: Synergy Media. m/s. 13. ISBN 978-967-322-092-2.
- ^ PERUSAHAAN TANAMAN JAGUNG HIBRID Panduan Lengkap Berkaitan Penyediaan Tapak , Pemilihan Biji Benih ,Penanaman dan produktiviti. Kuala Lumpur: Synergy Media. m/s. 39. ISBN 978-967-322-346-6. line feed character in
|title=
at position 33 (bantuan) - ^ Biello, D. Can Ethanol from Corn Be Made Sustainable?. Scientific American. 20 Feb. 2013. Diakses 12 Mei 2014.
- ^ Torres, Andres F.; Slegers, Petronella M.; Noordam-Boot, Cornelie M. M.; Dolstra, Oene; Vlaswinkel, Louis; van Boxtel, Anton J. B.; Visser, Richard G. F.; Trindade, Luisa M. (2016-03-15). "Maize feedstocks with improved digestibility reduce the costs and environmental impacts of biomass pretreatment and saccharification". Biotechnology for Biofuels. 9: 63. doi:10.1186/s13068-016-0479-0. ISSN 1754-6834. PMC 4791978. PMID 26981155.
- ^ "salinan arkib". Diarkibkan daripada yang asal pada 2008-04-17. Dicapai pada 2020-11-22.